Minggu, 18 Maret 2012

KEADAAN

Hampa! Kosong ! Sepi !
 Itu yang aku rasakan, tanpa teman, tanpa orang terdekat, tanpa siapapun, aku hanya sendiri menepis rasa takutku yang tak kunjung terobati. Hati ku makin hancur tatkala teman temanku menjauhiku karena fitnahan yang sangat membuatku semakin down, semakin "ingin mati", gila? Yaa aku memang gila. . Gila karena keadaan yang menghimpit ragaku, hingga untuk bernafas pun aku sulit, teganya kalian memfitnah, bahkan mengolok olok ku, membuli ku tanpa memikirkan sakitnya hatiku saat kalian memojokkan ku, tak sadar ? Atau pura pura tak sadar ? Hanya mereka dan tuhan yang tahu . 

 Hari demi hari, aku semakin terpuruk karena kata kata kalian yang selalu menghujatku, tatapan kalian yang membuatku makin tak kuat dengan semua keadaan ini . Aku tak tau apa salahku! Aku tak pernah tau! . Namun kebenaran akhirnya terungkap, semua ini adalah kecemburuan fiktif, yang membuat mu menghasut semuanya, agar berbalik benci padaku !  Aku terkesan, kau hebat, ku akui kau menang karena mereka menjadi percaya apa yang kau katakan. 

 Keadaan ini , sudah pernah kualami, makin aku melawan, maka orang itu akan semakin leluasa terhadapku, maka aku mengalah, agar ia tertawa melihatku menangis. Namun tuhan akan membuat dia menangis kelak. . . ( III )

Sabtu, 17 Maret 2012

" UNTUK SEKIAN KALI "

 terdiam dalam sepi, tertawa dalam keramaian, berbahagia karena cinta, namun petaka saat ia pergi . 

 Aku berjalan menyusuri kehidupanku yang di penuhi dengan pekatnya awan hitam. Setelah setahun aku sendiri menangisi rasa takutku, seseorangpun datang memberiku sebucket mawar putih, meyakinkanku untuk membuka hatiku untuknya, aku ragu, aku tak mau, aku tidak mengiyakan nya. Sebulan kemudian ia kembali datang, dengan sebucket mawar biru, aku mash ragu, dan akhirnya aku menerimanya. 
Hari hariku terasa indah , aku terus tertawa, aku terus tersenyum, dan ini smua ini berlangsung satu bulan. 23 mei, tepat satu bulan aku dengannya, aku teramat bahagia apalagi di saat aku berada dalam pelukan hangatnya membuatku tenang.
 Selang satu hari setelah satu bulan aku bersamanya, ia pun mengakhirinya ia melontarkan wacana yang membuatku rapuh, aku menjambak rambutku sendiri, menangis karena aku tak rela, menangis karena aku teramat cinta, tepuruk karenanya. 
Tuhan mengapa semua ini terjadi ? Aku tak sanggup kehilangannya, aku tak sanggup. Depresi.... Aku teramat depresi sepeninggalannya, semuanya hancur , semuanya musnah, berakhir semua dengan kesakitan, aku merasa tak berdaya, aku merasa kosong ! 8bulan setelah kehilangannya, aku menatap wajahku ke cermin di kamarku, aku menyisir rambutku yang berantakan menjadi rapi, pucat dan tak mau makan, inilah kondisiku saat tak dapat lagi memeluknya. Tatapanku kosong, tak mau mendengar apapun tentangnya. Karena aku akan menangis dan kembali menyakiti diriku sendiri karena kehilangannya. . . (s.r)

Inilah Aku

Aku terlahir dalam sebuah keterangan cahaya indah, dan kehangatan yang amat terasa dari sebuah keluarga. Kehangatan di pelukan Ayah dan juga Bunda. Ketika remaja aku mulai mengenal kehidupan sebenarnya, aku mengenal kebencian, kebahagiaan, kemarahan, yaa. . . Semua itu aku rasakan, semua itu terjadi padaku. 
 Di saat kebahagiaan datang memelukku, aku tertawa, aku tersenyum, aku melompat, ini adalah caraku mengekspresikan apa yang kurasa. Namun, tuhan tak lama memberikanku kebahagiaan, selang beberapa waktu kebahagiaanku sirna karena mengenal cinta, awalnya indah namun membawa petaka.  Cinta, merusak eratnya persahabatanku. . Cinta, merusak hatiku. . Karena aku salah memilih cinta,  cinta yang ku pilih kejam, cinta yang ku pilih iblis , ini yang dapat aku gambarkan pada cintaku di masa lalu.
 
 Aku tersadar, aku memilih seorang psycopath sebagai cintaku, karena aku berfikir, aku dapat merubahnya. Namun ia murka, pukulan pun bertubi tubi datang pada ragaku, caki maki dan hinaan terlontar dari mulutnya, hingga ia pun meludahi wajahku. Ini yang aku dapatkan, apakah ini indah? Jauh dari kata indah, kejam. . Sangat kejam. Hanya karena pertengkaran yang berawal dari masalah termat kecil, ia memberiku pukulan kuat.
 Aku pun semakin tersiksa, ketika cintaku yang teramat dalam, di balas dengan sambaran amarah yang terluapkan karena tak rela aku dekat dengan pria yang lain, berulang ulang kali ia murka padaku , berulang ulang kali ia memukulku. Bodoh, aku memang bodoh, aku di butakan oleh cinta yang teramat menyiksaku, aku menyesal, menyesal mengapa aku memilihnya? Hingga trauma pun datang padaku,   setelah aku pergi darinya, ia pun terus berjuang merebut hatiku kembali, namun semua ucapannya tak ku dengar, bahkan air matanya pun tak dapat meluluhkan hatiku yang terlanjur sakit, yang terlanjur hancur .
 
 Aku. . . .hanya bisa menangis, karena amarahku, kesedihanku, aku utarakan dengan airmata. .  Inilah aku. .